Kamis, 29 April 2010

PROSA (II)

Bila kau memberi dari hartamu, tidak banyaklah pemberian itu. Bila kau
memberi dari dirimu, itulah pemberian yang penuh erti. Sebab, apalah harta
milikan itu, pabila ia bukan simpanan yang kaujaga buat persediaan di hari
kemudian ?
Dan hari kemudian; terkandung janji apakah bagi dia, si anjing kikir, Yang
menimbun tulang-tulang di bawah pasir, Dalam perjalanan ke kota suci,
mengikuti musafir ?
Dan bukankah ketakutan akan kemiskinan, Merupakan kemiskinan itu sendiri ?
Ketakutan akan dahaga, sedangkan sumur masih penuh, Bukankah dahaga yang
tak mungkin dipuaskan ?
Ada orang yang memberi sedikit dari miliknya yang banyak Dan pemberian itu
dilakukan demi sanjungan, Hasrat tersembunyi membuat tak murni dermanya.
Ada pula yang memiliki sedikit dan memberikan segalanya. Merekalah yang
percaya akan kehidupan dan anugerah kehidupan, Dan peti mereka tiada
pernah mengalami kekosongan.
Ada yang memberi dengan kegembiraan di hati, Kegembiraanlah yang menjadi
anugerah pengganti. Ada yang memberi dengan kepedihan di hati, maka
Kepedihan menjadi air pensucian diri.
Dan ada yang memberi tanpa merasa sakit di dalamnya, Tanpa mencari
kegirangan dari pemberiannya, Tanpa mengingat-ingat kebaikannya; Mereka
memberi, sebagaimana di lembah sana, Bunga-bunga menyebarkan
wewangiannya ke udara.
Melalui mereka inilah, Tuhan berbicara, Dan dari sinar lembut tatapan mata
mereka Dia tersenyum pada dunia.
...
Sebab sesungguhnya, kehidupanlah yang memberi pada kehidupan .Sedangkan
kau, yang mengira dirimu seorang pemberi, Sebetulnya hanyalah seorang
saksi.
Dan kau, kaum penerima - ya, engkau semuanya tergolong penerima ! Jangan
memberati diri dengan rasa terhutang budi, Sebab kau akan membebani
dirimu dan dia yang memberi.
Sayugia kau bangkit bersama si pemberi, Naik sayap pemberiannya,
Melambung ke taraf yang lebih tinggi.
Terlampau menyedari hutangmu, adalah meragukan kedermawanan dia, Sang
putera Bumi yang murah hati, Dan Tuhan, sebagai sumber segala hartanya.
Khalil Gibran

my self

my self